EEPIS-Online. Kementerian Sosial Masyarakat
BEM PENS baru saja selesai merampungkan kegiatan " Indonesia Mengajar Road
to Campus" pada Rabu (27/05). Acara yang bekerja sama dengan Indonesia
mengajar ini, dimulai pukul 18.30 WIB bertempat di gedung teater PENS. Turut
hadir pula wakil direktur III bidang kemahasiswaan Dr. Indra Adji Sulistijono
S.T , M.Eng.

"
Ini adalah kesempatan berharga kalian untuk mengamalkan ilmu kalian. Karena di
luar sana banyak yang masih membutuhkan pendidikan yang layak, " Ujar Dr.
Indra Adji Sulistijono S.T , M.Eng. saat memberikan sambutan.

Pada
talkshow kali ini mendatangkan 3 pengajar muda sekaligus. Pengajar muda
merupakan sebutan bagi pemuda-pemuda yang berkontribusi langsung untuk
Indonesia melalui Indonesia mengajar. Mereka adalah Dwi Lastomo dari angakatan
II Indonesia Mengajar, Ike Septi Yastari dari angkatan VI, serta dari angkatan
IV yaitu Dwima Rizky Rudjito. Sepanjang talkshow dipegang oleh moderator yaitu
Ahmad Burhanuddin Yusuf.

Sebelum
memasuki sesi pertama oleh Dwi Lastomo, peserta talkshow disuguhi video sekilas
tentang Indonesia Mengajar. Pasalnya, pada sesi ini, pria yang akrab dipanggil
Tomo ini akan memberikan informasi seputar rekrutmen pengajar muda angkatan XI.
Tomo juga menjelaskan Indonesia mengajar muncul merupakan sebuah ikhtiar untuk
ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Tak hanya menjelaskan Indonesia Mengajar,
dia juga menceritakan kondisi pendidikan Indonesia. Dimana penyebaran guru yang
belum merata dan masih ada di setiap sekolah hanya ada satu guru yang lulus
sarjana.

Sesi
kedua dilanjutkan oleh Ike Septi Yastari, pengajar muda angkatan VI yang
ditempatkan di Muara Enim, Sumatra Selatan. Perempuan asli Yogyakarta ini,
menceritakan bagaimana dia bisa tergabung di Indonesia Mengajar. Dia mencoba
dua kali pendaftaran untuk tergabung di Indonesia mengajar. Dia juga
menceritakan bagaimana kondisi Muara Enim, dimana daerah tersebut masih susah
listrik. Sekolah yang ditempatinya di Muara Enim, hanya terdapat 6 guru dan 1
Kepala Sekolah dan semua guru hanya guru honorer saja.

“
Yang paling berkesan itu, lihat anak yang berjuang demi berangkat sekolah. Dan
dia harus menempuh perjalanan selama satu jam dan berjalan kaki,” Ujar Ike
lulusan S1 Manajemen UGM.

Ike
juga menceritakan bahwa dia mempunyai satu siswa yang setiap hari Selasa tidak
pernah masuk sekolah. Dia pun mencari tahu alasan mengapa dia sampai tidak
masuk sekolah, ternyata setiap hari Selasa dia harus pergi menjual karet yang dikumpulkan
ke tengkulak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Berbagai cerita yang
diungkapkan oleh Ike, menggugah hati peserta talkshow. Terbukti dari ada
beberapa peserta talkshow yang meneteskan air mata.

Lain
lagi cerita dari Dwima, laki-laki lulusan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dwima yang merupakan pengajar muda angkatan IV ini, ditempatkan di Desa
Semalah, Kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan Barat. Dia harus menempuh perjalanan
selama 13 jam untuk menuju desa tersebut dan harus naik sampan. Dia juga memutar
video dokumentasi yang bekerja sama dengan stasiun TV nasional. Sama halnya
dengan Ike, Dwima juga menceritakan kisahnya selama satu tahun mengajar di
sana. Dwima juga menghimbau mahasiswa belajar untuk membaca kondisi lingkungan.
Karena dengan membaca, kita juga bisa memahami lingkungan tersebut.

“  Siapapun kalian, apapun latar belakang
kalian, boleh-boleh saja mendaftar menjadi pengajar muda. Namun, tidak menjadi
pengajar muda bukan berarti kamu tidak bisa berkontribusi untuk Indonesia,”
Ujar Dwima yang pernah menjadi volunteer untuk mengajar anak-anak dhuafa di
daerah Ciputat.

Antusiasme
peserta sangat terlihat, terbukti dari ketika mas Tomo memberikan ice breaking
kepada peserta. Tak hanya itu saja, moderator juga sampai membuka 4 termin sesi
tanya jawab. Di penghujung acara, diberikan cinderamata kepada semua pemateri
sebagai bentuk ucapan terima kasih. Diharapkan setelah kegiatan ini akan
menginspirasi mahasiswa khususnya mahasiswa PENS untuk berbagi dan mengamalkan
ilmu. (muf)

wpChatIcon
EnglishIndonesian