Surabaya, pens.ac.id – Tujuh orang dosen PENS yang tergabung dalam Grup Riset Human Centric Multimedia mengembangkan aplikasi berbasis Augmented Reality (AR) untuk membantu anak-anak memahami konsep ruang, gerak, dan hubungan sebab-akibat. Aplikasi yang diimplementasikan pada lengan robot Dobot Magician Lite ini menggunakan teknologi Digital Twin. Dr. Ing. Hestiasari Rante, ST., M.Sc. salah satu peneliti menyampaikan jika aplikasi yang dikembangkan tim risetnya ini terkait Science, Technology, Engineering, and Mathematics, disingkat STEM dengan fokus bidang Fisika.
“Tidak semua anak suka dengan pelajaran Fisika. Padahal dalam fisika banyak sekali konsep fundamental yang menjadi pilar utama ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini menjadi tantangan, bagaimana memahamkan fisika kepada anak-anak, tentunya dengan cara yang menyenangkan,”kata Hesti.
Hesti tak menampik jika tujuan utamanya membuat aplikasi ini bersama timnya untuk edukasi di bidang fisika (mekanika dan gaya, red.). Dimana pengguna aplikasi bisa memahami bagaimana mengontrol translasi melalui pick and place satu obyek.
Melalui aplikasi ini, lengan robot dapat digerakkan untuk melakukan pengambilan dan penempatan benda dari satu titik ke titik lain. Aktifitas lengan robot ini mengikuti instruksi atau keinginan pengguna. Dan hal ini tentunya berkaitan dengan perkembangan pedagogi, kognitif, maupun sosial-budaya dari pengguna.
Riset yang merupakan kolaborasi dengan L’université Clermont Auvergne, Perancis (INP-UCA) yang sudah berlangsung sejak 2023. Riset pun akhirnya mendapatkan bantuan pendanaan di tahun 2024 dari 2 lembaga, yaitu Direktorat Akademik Pendidikan Tinggi (DAPTV) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan Mobility Researcher dari INP-UCA), dengan judul riset Enhancing Robotic Learning for Children through Interaction on AR Application.
“Di tahun 2025 kami mendapatkan fully funding dari Pemerintah Perancis, dengan tema riset terkait dengan STEM, yaitu Reproducibility Testing for Children in France for the Augmented Reality Robotic Application,”lanjutnya
Meski implementasi secara langsung belum dilakukan, tetapi pengujian ke end user/real user sudah dilakukan, baik untuk skala laboratorium maupun di sekolah-sekolah. Pada pengujian skala lab, terlibat 8 orang siswa usia 15-16 tahun dari beberapa SMP. Sementara untuk pengujian di sekolah melibatkan siswa SD Al Falah Surabaya dan siswa Ecole primaire de la fond de l’arbre di Orcines, Perancis, dengan rentang usia 9-10 tahun.
“Ada banyak peneliti Perancis yang terlibat pada pengembangan aplikasi ini, di antaranya tahun 2024, ada 2 dosen/peneliti senior, Prof. David HILL dan Prof. Youcef MEZOUAR dari INP-UCA. Dan riset di tahun 2025 ini kami memperoleh pendanaan skema Séjour Scientifique de Haut Niveau (SSHN), dan melibatkan 1 dosen dari INP-UCA, Prof. David R. C. Hill.Itu kenapa pengujian juga perlu dilaksanakan juga pada sekolah-sekolah di Perancis,”terang Hesti.
Pengembangan ke depan, Hesti dan timnya masih ingin menggali lebih banyak hal terkait aplikasinya. Aplikasi AR yang telah dikembangkan untuk mengontrol robot, belum memiliki fitur tertentu, seperti fitur untuk mengukur gaya yang dihasilkan, maupun fitur lainnya yang berafiliasi dengan perpindahan benda. (hum)