EEPIS-Online(28/11), Hampir 4 jam berkeliling PENS, Miyata Naoaki tidak pernah
melepaskan pandangannya sedikit pun pada gedung dan laboratorium yang ada di
PENS. Berbekal daftar peralatan dan lokasi simpannya, Naoaki berjalan dari laboratorium satu ke lainnya
dan sesekali mengambil gambar peralatan praktikum hibah pemerintah Jepang.
“In my opinion, most
of these equipments are in the good condition. Maybe only 20-25% is damage and
discarded, “kesan Naoaki. Lumrah
saja, mengingat peralatan tersebut telah dipergunakan hampir 10 tahun untuk
kegiatan praktikum. Bagi Naoaki hal itu sebanding dengan perkembangan PENS
sekarang. “I believe EEPIS improvement on
technology right now give a good impact to the people in Indonesia and the
world,â€tambahnya.
Tidak semua peralatan yang sudah tidak dapat dimanfaatkan
ini tersimpan di laboratorium. Terkadang alat-alat ini sudah berpindah
labortorium atau bahkan di’rumah’kan di warehouse
atau gudang lantai 4. Meski harus beberapa kali bolak-balik, Naoaki tampak
sangat bersemangat menjalankan tugasnya. Staf ahli JICA (Japan International Cooperation Agency) ini juga sesekali mencoba
dan menyalakan peralatan laboratorium. Â
“Whatever the
condition, the equipment should stay in here. It’s belongs to EEPIS and will be
EEPIS part of history. As it’s granted from Japan Government, the equipment is
well managed by EEPIS. I, myself very glad and proud to see this, “ungkap pria
yang telah tinggal selama bertahun-tahun di Indonesia ini.
Didampingi oleh Bp. Ir. Suryono MT, Ka.Pus. Pengawas
Internal dan Bp. Mahmud Rifadhil, MT, kegiatan ini hanya berlangsung selama 1
hari. “Kami akan mengantar beliau mencari peralatan yang di audit, sekaligus
mengantarkan agar tidak salah ruangan. Dari kegiatan ini kami juga belajar
bagaimana checking peralatan dan proses audit ini dijalankan,â€kata Pak
Rifadhil, yang juga dosen prodi Elektro Industri. Â
Dari proses audit ini, peralatan yang nantinya tidak
dipergunakan akan diinventarisir dan kemudian dilaporkan kepada Kantor Pusat JICA.
Prodi Teknik Telekomunikasi tercatat mempunyai banyak peralatan yang tak
terpakai. Perkembangan teknologilah yang menyebabkan banyak peralatan out off date, di samping juga karena
kesulitan menemukan sparepart penggantinya
jika peralatan rusak.
Gedung D3 dan D4 beserta peralatannya merupakan hibah dari
pemerintah Jepang melalui JICA. Laborarotium dan kelas di gedung berarsitektur
unik ini sehari-harinya digunakan perkuliahan antara 10 hingga 12 jam. Sampai
saat ini telah dilakukan 2 kali kegiatan monitoring dan evaluasi peralatan serta
kondisi laboratorium Gedung hibah fase kedua. Pertama, 2 tahun pasca penyerahan
dan berikutnya 10 tahun kemudian (tahun 2013, red). (hum) Â