Satu persen penduduk di Indonesia atau sekitar 3,5 juta orang mengidap kebutaan. Tentu mereka menghadapi beberapa masalah dalam kehidupan, salah satu masalah yang paling penting adalah deteksi halangan ketika mereka berjalan. Penelitian sebelumnya banyak menggunakan sistem sekuensial mikrokontroler untuk memproses sinyal ultrasonik. Sistem ini sering menimbulkan proses yang tidak real time karena prosesnya yang berurutan. Oleh karena itu pada tugas akhir ini digunakan FPGA sebagai pemroses utama yang dapat bekerja secara paralel pada sebuah alat bantu tuna netra. Dalam hal ini digunakan XuLA-200 yang akan memproses sinyal 2 buah ultrasonic LV-MaxSonar EZ0 dan akan mengendalikan sebuah buzzer serta 2 buah motor getar (vibration motor) sebagai output dari alat ini. Pengaturan setpoin jarak dengan mode short, medium, dan long dilakukan dengan push button. Semua komponen tersebut diintegrasikan pada box kecil untuk dipasang pada sebuah sarung tangan. Dari hasil pengujian alat ini mampu mendeteksi halangan dengan baik dari jarak 5 inch sampai 100 inch dengan rata-rata error pembacaan sebesar 2,12%. Sudut beam dispersion dari sensor ultrasonic sebesar 50°. Keberadaan halangan ada di kiri atau di kanan dapat diketahui dari vibration motor.

wpChatIcon
EnglishIndonesian