Peningkatan pengguna layanan telepon seluler di Surabaya diikuti dengan banyaknya pembangunan menara BTS (Base Transceiver Station). Namun pembangunan tersebut tidak tertata dengan baik sehingga cakupan area antar BTS saling tumpang tindih. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dilakukan pengukuran level daya terima BTS untuk mendapatkan pathloss Cost 231-Hatta, pathloss eksponen dan radius cakupan area yang digunakan untuk menganalisa cakupan area BTS-BTS yang tumpang tindih melebihi standar 30% kemudian ditata ulang. Penataan ulang dilakukan dengan memilih kombinasi BTS teroptimal untuk meng-cover daerah optimasi. Dan menambah sebuah BTS pada lokasi teroptimal untuk medapatkan cakupan area lebih besar dari coverage area existing. Penataan ulang ini menggunakan metode montecarlo untuk mendapatkan cakupan area dan jumlah menara BTS yang efisien.
Penataan ulang berhasil meningkatkan cakupan area 4,89% di Surabaya Barat, 9,41% di Surabaya Pusat, 7,99% di Surabaya Utara, 6,11% di Surabaya Timur dan 8,29% di Surabaya Selatan dari coverage existingnya dan cakupan area antar BTS tidak mengalami overlapping melebihi 30%. Secara kumulatif, penataan ulang BTS ini mampu mengurangi 9 BTS dari 31 BTS existing di Surabaya. Jadi 22 BTS terpilih bisa dijadikan sebagai menara bersama. Hasil penataan ulang divisualisasikan pada peta elektronik di suatu website.
Kata kunci : pathloss eksponen, pathloss Cost 231-Hatta, coverage area, montecarlo