ABSTRAK
Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Tapi sampai saat ini proses pengolahan padi masih sangat kurang. Terlebih lagi pengolahan pasca panen. Diperkirakan tingkat kehilangan pasca panen hasil pertanian ini mencapai sekitar 20 % dari total produksi. Salah satu pengolahan pasca panen yang perlu di benahi adalah sistem pengeringan gabah. Dimana masih memanfaatkan panas matahari oleh karena itu dibutuhkan alat pengering buatan yang tidak tergantung lagi terhadap ada tidaknya panas matahari sebagai tenaga pengering, durasi pengeringan lebih pendek, waktu pengeringan dapat terjadwal, terhindar dari gangguan hewan. Prototype pengering gabah ini terdiri dari sembilan node slave yang tersebar pada titik-titik tertentu pada pengering gabah. Tiap node berkomunikasi dengan topologi garis secara wireless. Data akan secara estafet berpindah dari satu node ke node berikutnya sebelum akhirnya mencapai server. Tiap node akan mengukur suhu dan kelembaban dari udara pada ruang pemanas di sekitarnya dan mengirimkanya pada node master. Dari node master data akan dikirim ke server melalui komunikasi serial. Data diolah oleh server dan menghasilkan suhu rata-rata dari ruang pemanas. Suhu rata-rata tersebut akan dikomparasi dengan suhu acuan. Jika terjadi ketidaksesuaian maka sistem akan menggerakkan kontrol pemanas untuk menjaga kestabilan suhu ruang pemanas dimana prototype ini mampu mempertahankan kestabilan suhu ruang pengering dengan toleransi error sebesar 10%. Dengan adanya prototype ini diharapkan proses pengeringan gabah dapat berlangsung lebih efektif dan efisien guna meningkatkan kualitas hasil pertanian di Indonesia.
Kata kunci: wireless, prototype, topologi garis.