Sebagai bahan baku dari makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia, gabah memegang peranan penting dalam ketersediaan pangan di Indonesia Tapi sampai saat ini proses pengolahan padi masih sangat kurang. Terlebih lagi pengolahan pasca panen. Diperkirakan tingkat kehilangan pasca panen hasil pertanian ini mencapai sekitar 20 % dari total produksi. Salah satu pengolahan pasca panen yang perlu di benahi adalah sistem pengeringan gabah. Dimana masih memanfaatkan panas matahari oleh karena itu dibutuhkan alat pengering buatan yang tidak tergantung lagi terhadap panas matahari sebagai tenaga pengering.
Namun mesin pengering selama ini belum mampu menyesuaikan suhu, sehingga terdapat kemungkinan mempengaruhi kondisi gabah. Suhu yang terlalu lembab akan membuat gabah menjadi busuk dan rusak. Hal seperti ini terjadi karena suhu di ruang pengering tidak diketahui secara menyeluruh. Dalam proyek akhir ini diterapkan sebuah metode monitoring pada prototype pengering gabah dengan melakukan estimasi temperatur pada titik-titik yang belum diketahui temperaturnya.
Penggunaan metode elemen hingga atau Finite Element Method (FEM) proses estimasi untuk memantau distribusi temperatur pada ruang pengering gabah memiliki prosentase error 1,8 %. Hasil estimasi distribusi temperatur ditampilkan dalam bentuk visual. Kemudian dari perhitungan estimasi ini didapatkan rata-rata suhu di ruang pengering yang menjadi referensi sistem untuk pengontrolan pemanas.

wpChatIcon
EnglishIndonesian