Temperatur dan kelembaban merupakan 2 faktor utama (selain
sirkulasi udara) yang menentukan keberhasilan penetasan telur.
Berdasakan referensi, temperatur optimal dalam mesin tetas yaitu 38-
39oC dan kelembaban optimal yaitu 52%–55%RH. Namun kebanyakan
mesin penetas telur konvensional yang ada dipasaran hanya
memperhitungkan satu faktor saja yaitu temperatur. Dengan
memperhatikan lebih banyak faktor seharusnya akan menghasilkan daya
tetas telur yang lebih besar. Untuk alasan tersebut maka dibuat suatu
mesin tetas yang dilengkapi alat kontrol temperatur dan kelembaban
yang akurat.
Untuk mewujudkan sistem tersebut diperlukan pemilihan
sensor dan mikrokontroler yang tepat karena 2 hal tersebut memberi
dampak yang besar terhadap kualitas mesin tersebut. Sensor kelembaban
dan temperatur SHT 11 memiliki banyak kelebihan yang membuatnya
menjadi pilihan yang tepat untuk aplikasi ini. Pemilihan mikrokontroler
yang menjadi otak kontroler ini jatuh pada Atmel ATMega8 yang
memiliki performa dan fleksibilitas yang lebih tinggi dibandingkan
MCS-51. Untuk pemanas inkubator digunakan 4 buah lampu dengan
daya 20 Watt. Ruangan inkubator juga dilengkapi dengan 2 buah fan
untuk sirkulasi udara.
Desain layout kontroler yang kompak dan ruang inkubator
modern yang dilenggkapi mekanisme pembalik telur secara otomatis
memberi kemudahan dalam pengoperasian mesin penetas telur ini.
Mesin tetas yang memiliki kapasitas maksimal 112 telur ini telah diuji
coba untuk menetaskan telur ayam dan memiliki prosentase keberhasilan
88.9%, sedangkan mesin tetas secara konvensional yang digunakan
sebagai pembanding memiliki prosentase keberhasilan sebesar 81.59%.
Kata kunci : ATMega8, MCS-51, kelembaban, temperatur, SHT 11,
mikrokontroler, inkubator