EEPIS-Online, (02/05) Mengusung Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI), tim divisi Battle PENS sudah siaga satu sejak seminggu lalu. Sebagai tuan rumah, tentu saja persiapan matang tidak hanya dilakukan oleh panitia penyelenggara, namun juga oleh tim peserta kontes dari PENS-ITS.
Anggota tim robot KRCI battle PENS terdiri dari tiga orang, Eros (3 D4 Mekatronika) bertanggungjawab atas mekanik robot, Azhar (2 D3 Elektronika) bertanggungjawab pada hardware robot dan Afi (2 D3 Teknik Komputer) menangani pemrograman robot. "Meskipun kami memiliki Job Desc masing-masing, namun tentu saja pembagian itu tidak mutlak," jelas Eros. "Apa yang bisa kami kerjakan dan kami bantu, itu yang kami usahakan secara maksimal", tambah Azhar.
Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, tahun ini KRCI dibagi menjadi tiga divisi: beroda (wheeled), berkaki (legged) dan battle. Meskipun divisi KRCI sama dengan tahun lalu, namun terdapat beberapa perbedaan, baik dari segi peraturan maupun penilaian. Perbedaan paling menonjol adalah pada divisi battle. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang mempertandingkan robot beroda, tahun ini, robot yang dipertandingkan harus bersifat humanoid, yaitu menyerupai manusia. "Jadi, robotnya paling tidak harus dapat melakukan gerakan-gerakan seperti manusia, tidak boleh memakai roda", ujar Eros, salah satu tim robot KRCI battle PENS disela kesibukan merampungkan robotnya.
Pada tahun 2010, Divisi lomba KRCI Expert Battle menghendaki robot memiliki kemampuan pengenalan citra (image) melalui kamera karena obyek yang diperebutkan adalah bola-bola berwarna tertentu yang diletakkan pada tempat-tempat tertentu. Tahun ini, KRCI battle dengan tema "Robot Cerdas Pemain Sepak Bola" yang diadopsi dari tema utama dalam divisi Humanoid League -Robosoccer di Kontes Internasional Robocop, mempertandingkan 2 robot humanoid dalam permainan sepakbola. Pertandingan bertujuan mencari, membawa/menggiring dan menendang 5 bola yang disusun berjajar di tengah lapangan ke dalam gawang lawan. Robot yang memasukkan bola terbanyak dinyatakan sebagai pemenang.
Menurut Azhar, tahun ini tingkat kesulitan pembuatan robot jauh lebih tinggi, "Tidak ada referensi dari tahun sebelumnya, jadi kami benar-benar memulai dari awal", ungkap Azhar. "Kalau ada error pada robot, rasanya ingin segera menyelesaikan, sampai -sampai tidak bisa tidur", cerita Azhar. Namun, saat ditanya tentang harapan kedepan, Eros dan Azhar optimis menjawab, "Tentu saja, maju ke tingkat internasional". "Karenanya, kami juga mengharapkan do a dan dukungan dari teman-teman PENS," tambah Eros berharap. (dwe/sui)