EEPIS-Online, Program Mahasiswa Wiausaha yang diselenggarakan oleh DIKTI banyak menelurkan wirausahawan baru di PENS, sejumlah proposal PMW yang diserahkan mahasiswa telah disetujui dan didanai oleh DIKTI. Salah satu proposal usaha yang disetujui oleh DIKTI adalah MININYET (Mini Penyetan), mininyet ini menyajikan menu makanan penyetan dengan porsi mini dan praktis. Semula usaha mininyet ini digawangi oleh 4 orang mahasiswi kelas 3 program studi teknik komputer, seiring berjalannya waktu usaha ini dilanjutkan hanya dengan dua orang. Adalah Nikmatuz Zahra Alnita dan Dewi Eka Rahmawati, 2 orang tersisa yang sekarang mengembangkan usaha mininyet tersebut.
Usaha yang telah berjalan selama kurang lebih 5 bulan ini, pada mulanya belum memiliki gerobak untuk berjualan dan kemasan menarik. Dibutuhkan setidaknya 2 bulan untuk pembuatan desain kemasan dan sekitar 3 bulan untuk membuat gerobak sendiri, ke dua pemilik usaha Nikmah dan Dewi mengaku bahwa untuk pembuatan gerobak sendiri mereka menganggarkan dana seminimal mungkin. Untuk pembuatan gerobak, mereka dibantu oleh orang tua Nikmah yang notabene merupakan pemilik usaha percetakan. Sedangkan untuk desain, mereka mendesain sendiri logo desain kemasan produk mereka.
Ide membuat mininyet ini berasal dari proses pembuatan sushi dimana nasi yang berisi beberapa macam makanan laut dan dibungkus dengan selembar nori atau rumput laut, berbeda dengan mininyet yang menggunakan telur sebagai pembungkus dan isi dari mininyet tersebut disesuaikan dengan keinginan pembeli. Menu dari mininyet tersebut bervariasi mulai dari isi tahu hingga daging ayam. Mininyet tersebut dijual dengan harga yang sangat terjangkau bagi mahasiswa sendiri. Mulai tanggal 8 November lalu usaha mininyet ini membuka usaha di kantin PENS, dengan waktu penjualan setelah jam kuliah. "Dengan adanya mininyet ini menu makanan seusai kuliah mulai bervariasi, rasanya enak dan unik, harganya juga lumayan terjangkau,"ujar Rudy Winarko mahasiswa multimedia broadcasting. Promosi usaha ini mulai digencarkan ketika bulan puasa lalu, mereka berdua memasarkan mininyet mereka di bundaran ITS yang biasanya digunakan untuk berjualan takjil buka puasa. Dari situ mereka memasarkan ke kelas-kelas dan akhirnya pemasaran mereka merambah ke lingkup PENS.
DIKTI mendanai usaha setiap proposal PMW sebesar 8 juta rupiah sebagai modal awal untuk menjalankan usaha tersebut, nantinya 50% dari modl awal atau sekitar 4 juta rupiah akan dikembalikan lagi ke DIKTI sebagai pembuktian bahwa usaha mereka menghasilkan untung lebih dari modal yang diberikan. Sebagai pembuktian berjalannya program usaha tersebut, diwajibkan pengumpulan laporan program usaha mereka secara berkala. Laporan program tersebut berisi tentang hambatan usaha, anggaran dana yang meliputi pengeluaran dan pemasukan usaha, analisa, dan dokumentasi. " Sejauh ini hambatan kami adalah kurangnya tenaga kerja dalam usaha ini, dengan jadwal dan tugas kuliah yang padat menjadi tantangan paling besar bagi kami" ujar Dewi sebagai pemilik usaha mininyet. Untuk kedepanya dibutuhkan bibit baru wirausahawan dari generasi muda Indonesia, membesarkan nama Indonesia. (and/aul)