EEPIS Online – Kali ini, Kemristekdikti melakukan pemeringkatan tersendiri untuk Politeknik, di samping Universitas/Institut. “Hal ini kami lakukan”, jelas Menristekdikti dalam jumpa pers kemarin (17/8) di PUSPIPTEK Serpong. “Karena pengembangan politeknik atau pendidikan vokasi telah menjadi prioritas dan tuntutan pemerintahan Jokowi-JK untuk mencetak lulusan yang memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan industri nasional”. Pemeringkatan kelompok Politeknik ini merupakan upaya pemerintah melalui Kemristekdikti untuk lebih mendorong peningkatan kualitas pendidikan vokasi melalui revitalisasi Politeknik, lanjut Menteri.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), meraih sebagai peringkat terbaik dengan score 2,24, jauh melewati saingan terdekatnya yaitu Politeknik Negeri Sriwijaya dan Politeknik Negeri Semarang, yang sama-sama meraih score 1,96. Demikian dijelaskan oleh Dr. Zainal Arief, Direktur PENS dalam jumpa pers hari ini (18/8). “Alhamdulillah, PENS telah meraih peringkat terhormat ini sejak 2015, meski waktu itu pemerintah masih mencampur peringkat seluruh Perguruan Tinggi”, ungkap Zainal yang pada Mei kemarin dilantik sebagai Direktur PENS untuk periode kedua kalinya.

Meski pun demikian, hal ini tidak menjamin PENS akan menduduki peringkat puncak tersebut selamanya, karena Politeknik lain telah dan terus berkembang maju. “Kita leading pada aspek kelembagaan dan kemahasiswaan, dan hanya beda tipis dengan Politeknik Negeri Malang (Polinema) untuk aspek sumber daya manusianya”, jelas Zainal. “Tapi, untuk kriteria penelitian dan pengabdian pada masyarakat PENS cukup tertinggal jauh meskipun nilainya relatif berhimpit satu dengan yg lain”, lanjutnya. Untuk itu perlu ditetapkan strategi untuk meningkatkan kemampuan dosen dalam penelitian dan publikasi ilmiah. “Masalahnya, tugas mengajar dosen di Politeknik itu banyak dan adanya tuntutan harus sesuai dengan kebutuhan industri”, kata Zainal. Di samping itu, penelitian terapan yang merupakan karakteristik penelitian di Politeknik, merupakan tantangan tersendiri mengingat industri di tanah air belum terbiasa bekerjasama dengan lembaga pendidikan tinggi.

Konsekuensi dari pemeringkatan ini, Pemerintah telah meminta PENS merevitalisasi pendidikan vokasinya. Pertama aspek kemampuan SDM dosen dan tenaga kependidikannya melalui retooling di industri baik di dalam maupun luar negeri. Kedua, peningkatan kualitas dan kuantitas peralatan praktikum yang sesuai standar industri. Ketiga, yang tak kalah pentingnya kita akan meninjau kurikulum kita secara periodik agar selalu sesuai dengan kebutuhan industri. “Dan tentu saja, titik akhir dari proses pendidikan adalah alumninya, yang digembleng melalui peningkatan kemampuan teknopreneurship melalui PENSky, inkubator bisnis yang dimiliki PENS”, lanjut Zainal.

Berbagai upaya lain, seperti penguatan program Pascasarjana Terapan yang sudah dimulai sejak 2012 juga menjadi perhatian Zainal Arief, alimni doktor dari Nara Institute of Science and Technology Jepang ini. “Program Pascasarjana yang kita miliki baru 2 Program Studi, yaitu Teknik Elektro dan Teknik Informatika dan Komputer, keduanya telah berkembang dengan baik dan telah meluluskan alumninya, dan sekarang telah bekerja di industri, jadi dosen dan studi lanjut”, terangnya. Zainal juga menjelaskan bahwa beberapa dosen telah dipersiapkan agar mereka segera menjadi profesor. Dan bila PENS sudah memiliki profesor, akan persiapkan program Doktor Terapan. “Ini akan jadi program doktor Politeknik pertama di tanah air”, katanya menutup penjelasannya. (SK/Hum)

wpChatIcon
EnglishIndonesian