Senin ini (21/11) PENS mulai mengadakan pelatihan Network Monitoring System, alias sistem monitoring jaringan internet yang pesertanya berasal dari 3 negara, yaitu Laos, Brunai Darussalam dan Timor Leste.
Pelatihan yang diprakarsai oleh JICA (Japan International Cooperation Agency) ini rencananya akan berlangsung hingga 2 Desember 2016 mendatang dengan menghadirkan pembicara kunci Ferry Astika Saputra, S.ST, MT, developer MATA GARUDA.
Dosen prodi Teknik Informatika PENS ini melihat betapa dibutuhkannya pengawasan keamanan jaringan. Pengawasan yang dimaksud adalah melakukan monitoring trafik Indonesia di level infrastruktur yang meliputi Network Access Provider (NAP) dan Internet Service Provider (ISP).
Dibuka secara simbolis dengan pemukulan gong oleh Wakil Direktur Bidang Akademik, Dr. Rusminto Tjatur Widodo, ST. turut hadir pula perwakilan dari JICA Project Team, Mr. IDE Hiroyuki.
Dalam sambutannya Hiroyuki mengharapkan adanya hubungan yang baik antara Indonesia, Jepang dan negara-negara peserta Laos, Brunai Darussalam dan Timor Leste. Tidak hanya pada pelatihan ini saja, namun pada kesempatan mendatang diharapkan akan timbul kerjasama yang lain dengan negara peserta. “I know all of these countries participants have their own problems especially in internet network, such as Laos, even Brunai which is good in academia, and also Timor Leste,”imbuhnya.
Hal ini dibenarkan juga oleh perwakilan salah satu peserta, Mr. Sounetto XAPHAKDY dari Laos menyatakan kegembiraannya dapat bergabung dan diundang dalam pelatihan ini. “We’d like to say thanks to JICA for this training and also for the committee from PENS. As you know that we have a similar problems in network,”kata Deputy Head of LaoCERT Division.
MATA GARUDA, awalnya merupakan riset bersama antara PENS dan Indonesia Security Incident Response Team on Internet and Infrastructure/Coordination Center (Id-SIRTII/CC).
Menurut Ferry, dirinya dan tim dari laboratorium Jaringan Komputer PENS telah mengembangakan proyek MATA GARUDA ini sejak tahun 2012. “Selama masa 4 tahun riset bersama, akhirnya pada tahun 2014 telah dirilis versi 1 dari Mata Garuda, disusul versi 2 yang dilengkapi dengan fitur DSS (Decission Support System) pada awal tahun 2016 (sejenis yang berbayar,red),” terangnya.
Selain itu pengembangan aplikasi Mata Garuda yang berbasis open source Fitur dan kemampuan dari MATA GARUDA dalam mengolah data serangan atau penyusupan Internet tidak kalah dengan aplikasi memudahkan negara/ institusi pengembang lainnya untuk mengembangkan sesuai kebutuhan. (humas)

wpChatIcon
EnglishIndonesian